JAGATANTERO.COM| Presiden Soeharto salah satu orang terkuat di Indonesia. Ia pernah menjadi pemimpin tangan besi. Selama 32 tahun berkuasa, hampir tak ada orang yang berani macam-macam dengan penguasa Orde Baru itu. Ia akan menghabisi lawan-lawannya.
Tapi, Soeharto pernah ditampar oleh seorang tokoh terkenal. Ya, Jenderal Ahmad Yani. Pahlawan Revolusi itu adalah senior bahkan atasan Soeharto saat masih aktif di militer.
Peristiwa kemarahan Jenderal Ahmad Yani dituangkan oleh Soebandrio dalam memoar Kesaksianku Tentang G30S pada tahun 2000.
Dalam memoarnya, Wakil Perdana Menteri Indonesia di era tahun 1960-an menceritakan bahwa Soeharto merupakan sosok yang sangat misterius. Terutama ketika Soeharto selamat dari pasukan Cakrabirawa pada peristiwa G30S/PKI, sementara Jenderal Ahmad Yani yang merupakan Menteri dan Panglima Angkatan Darat menjadi korban.
Jenderal Ahmad Yani dan Soeharto adalah dua tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran besar dalam dinamika militer negara ini.
Namun, hubungan mereka tidak selalu harmonis. Peristiwa kontroversial telah mencatat kekisruhan antara keduanya, di mana Jenderal Ahmad Yani marah sampai menempeleng Soeharto.
Melansir berbagai sumber, perbuatan Soeharto yang bikin Jenderal Ahmad Yani marah hingga menempelengnya yakni ketika Soeharto dituduh melakukan kudeta merangkak terhadap kekuasaan Presiden Soekarno.
Dalam memoar tersebut, Soebandrio mengungkapkan bahwa Soeharto memiliki rekam jejak yang buruk sebelum peristiwa G30S. Salah satu hal yang disebutkan adalah hubungannya dengan pengusaha Tionghoa, Liem Sioe Liong dan Bob Hasan, yang terlibat dalam bisnis penyelundupan.
Seoharto menjalin relasi dengan kedua pengusaha itu semasa berada di divisi Diponegoro. Kabar mengenai hubungan Soeharto dengan pengusaha tersebut menyebar luas, termasuk sampai ke telinga Jenderal Ahmad Yani. Sang jenderal tentunya sangat marah dengan hal ini.
Soeharto diduga memanfaatkan kekuasaan militernya untuk mendapatkan dana dari perusahaan-perusahaan di wilayah Jawa Tengah, menurut pandangan Soebandrio.
Tindakan ini menjadi bukti betapa Soeharto telah mempermalukan korps Angkatan Darat (AD). Akibatnya Soeharto dipecat secara tidak hormat oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal AH Nasution.
Sayangnya nasib buruk menimpa Jenderal AH Nasution setelah Soeharto menjabat sebagai Presiden RI kedua. Setelah kehilangan putrinya Ade Irma pada peristiwa G30S/PKI, ia juga kehilangan kariernya pada masa Orde Baru.
Jenderal AH Nasution tidak mendapatkan peran apapun di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dia bahkan tidak boleh menghadiri acara kenegaraan yang dihadiri oleh Soeharto. Bahkan mobil lungsuran dari Hankam yang dipakainya ditarik kembali oleh negara.
Sumber Artikel: Okezone.com