![]() |
Penumpukan sampah rumah tangga menumpuk di area bekas kantor Kewadanaan Menes, Pandeglang.(Istimewa) |
JAGATANTERO.COM, PANDEGLANG| Tak aneh lagi penumpukan sampah selalu terjadi di beberapa wilayah yang ada di kabupaten Pandeglang.
Namun, apa jadinya jika hal tersebut terjadi di area taman budaya kewedanaan Menes, kabupaten Pandeglang Banten. Yang telah di kordinir dalam penarikan retribusi sampah kepada setiap pedagang.
Penampakan tumpukan sampah pada akhirnya menjadi sorotan Lembaga Swadaya Masyarakat Generasi Muda Peduli Tanah Air( LSM GEMPITA ) DPD Pandeglang.
Menurut M.Yaya sebagai ketua, melihat hal tersebut di anggap tidak harus terjadi," yaa, inikan tempat kebudayaan dan banyak di kunjungi warga, baik dari sekitar maupun luar wilayah kecamatan Menes. Apalagi adanya penarikan retribusi dari setiap pedagang yang ada di sekitar area ini," ungkap M.Yaya kepada wartawan Selasa 27/05/2025.
M.Yaya juga mengatakan, sampah yang menumpuk tersebut sudah beberapa hari lalu," menurut info yang kami himpun dari pedagang dan warga, jika sampah ini sudah beberapa hari dibiarkan. Nah saya tanya jadi gunanya penarikan retribusi sampah itu kemana masuknya, apakah ke PAD kabupaten atau kecamatan," terangnya.
Hal tersebut juga, Yaya meminta agar pemerintah baik desa, kecamatan dan kabupaten khususnya dinas terkait, segera menyikapi dengan adanya penumpukan sampah yang ada," yaa setidaknya, kami juga meminta agar pemerintah yang menarik retribusi ini, baik dari dinas kebersihan kabupaten atau pihak mana saja, segera mengatasi penumpukan sampah ini. Sebab tak layak area kebudayaan di berikan pemandangan yang tak layak, seperti sampah ini," jelasnya.
Keluhan juga di utarakan oleh pedagang sekitar sebut saja arjo(samaran), jika setiap harinya di pungut biaya retribusi sampah. Menurutnya, para pedagang di kawasan tersebut sering diminta membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000, namun sampah tetap menumpuk dan bau menyengat,
" udah beberapa hari ini sampah menumpuk pak, sedangkan kami sudah membayar retribusi sampah, bahkan lalat berdatangan ke dagangan kami. Pembeli enggan membeli jualan kami, yaa karena kondisi bau sampah dan penuh lalat," keluh pedagang yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.
Namun pihak terkait belum dapat terhubung sampai pemberitaan ini di terbitkan. (RC)