Usai membunuh Petry Sihombing istrinya, Wadison juga sempat berusaha bunuh diri dengan cara menutup kepala dengan kantong plastik dan menutupnya lagi menggunakan karung. Namun, aksi tersebut gagal.
Wadison kemudian berpura-pura menjadi korban perampokkan. Tapi pihak pengacara dan keluarga sudah mencurigai dan mengendus kebohongan pelaku.
Pengacara korban, Lambas Toni Pasaribu meminta keluarga Wadison melakukan pendekatan persuasif untuk mengorek pengakuan pelaku. Benar saja, malam tadi pelaku Wadison mengakui semua perbuatannya.
“Kepada abangnya, Herman Pasaribu, pelaku mengakui semua perbuatannya,” kata Wadison, Rabu (4/6/2025).
Sebelumnya, warga Puri Anggrek Serang geger dengan kejadian pembunuhan. Pertry Sihombing ditemukan warga dalam kondisi meregang nyawa.
Di subuh buta, anak korban meminta tolong kepada warga. Warga yang berdatangan langsung menghubungi pihak kepolisian.
Tetangga yang datang kemudian segera menenangkan anak korban. Selanjutnya, menemukan Petry Sihombing (35) tewas tergeletak dengan posisi terikat di dalam rumahnya.
Warga juga menemukan sang suami, Wadison Pasaribu (37), di dalam karung dengan luka lebam di kepala. Setelah menenangkan anak korban, warga membawa Wadison ke RS Sari Asih Kota Serang untuk mendapat perawatan medis. Warga Selanjutnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Walantaka.
Polisi datang ke lokasi sekitar pukul 05.30 WIB dan segera melakukan olah TKP. Polisi juga meminta keterangan para saksi.
Kala itu, ada perhiasan emas yang hilang di dalam rumah, menguatkan dugaan perampokan disertai pembunuhan. Namun setelah ditelusuri oleh pihak keluarga dan kepolisian, pelaku pembunuhan sebenarnya Wadison Pasaribu, suami dari korban.
Wadison pun dijemput polisi. Sejak Selasa (3/6), ia berada di Polresta Serkot untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Diduga pembunuhan dipicu karena ketahuan selingkuh
Dari informasi yang dihimpun, pembunuhan diawali oleh kemarahan pelaku setelah istrinya, Petry Sihombing memergoki percakapan mesra di ponsel Wadison dengan seorang wanita.
Istri yang cemburu lantas menanyakan isi percakapan tersebut. Namun, Wadison emosi kemudian mencekik leher istrinya dengan seutas tali hingga meregang nyawa.
Wadison panik mengetahui istrinya meninggal dunia. Ia kemudian merancang skenario telah terjadi perampokan di dalam rumahnya, dia dan istrinya dibuat seolah-olah menjadi korban. Kemudian perhiasan emas milik istrinya dia buang ke toilet untuk memperkuat skenario perampokan disertai pembunuhan.
Bahkan saat melihat jenazah istrinya di rumah duka hingga ke pemakaman, Wadison disebut menangis seolah bukan pelaku pembunuhan.
"Biar tidak ketahuan, pelaku ini menyusun skenario seolah-olah dirampok dan melukai badannya sendiri, dibenturkan benda tumpul ke kepalanya biar dikira dipukul orang lain. Pelaku juga mengambil anting emas korban dan dibuang ke toilet untuk alibi perampasan perhiasan korban," terang Kapolres.
Usai pemakaman Petry, keluarga pelaku berbincang di rumah dan menanyakan kronologi kejadian perampokan disertai pembunuhan. Awalnya, Wadison bercerita dengan lancar, seperti yang banyak diberitakan sejumlah media.
Namun ketika berbincang dengan keluarga lainnya, cerita Wadison kerap berubah-ubah dan menyebabkan kecurigaan. Merasa janggal,keluarga besar kemudian membujuk Wadison untuk bercerita jujur.
"Di awal itu dia tetap pada keterangan seperti di media, lama-lama makin malam, makin subuh itu mulai oleng, mulai pelintat pelintut. Nah, saya sebagai pengacara punya insting curiga juga ke dia," ungkap Lambastony Pasaribu, perwakilan keluarga pelaku, Rabu, (4/6).
Wadison akhirnya bicara jujur, mengakui perbuatannya. Wadison pasrah dan minta dijemput polisi di rumah duka pada Selasa malam, 3 Juni 2025. Kini, dia sudah berada di Polresta Serkot untuk pemeriksaan lebih lanjut dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Dibujuk secara halus (untuk ngaku). Karena dia enggak konsisten lagi dengan pernyataan. Dan akhirnya mengaku terus minta dijemput sama polisi," tuturnya.
Tim Redaksi